Perjalanan ke kota batik, Pekalongan, masih menyisakan sebuah cerita yang menarik. Kisah tentang batik coletan yang nyaris terlupakan. Ketika menjelajahi ruang demi ruang produksi di sentra batik Liem Ping Wie yang berlokasi di Kedungwuni, saya melihat pemandangan yang berbeda.
Tidak seperti umumnya proses pembuatan batik yang telah saya lihat; para perajin perempuan duduk tenang menggerakkan canting, atau hentakan canting cap para perajin lelaki, di sudut ini terlihat seorang perempuan tekun menyapukan cairan ke atas sehelai kain bermotif yang dihamparkan di atas meja pajang.
Mewarnai dengan bambu
Proses yang tampak berbeda dibandingkan proses membatik pada umumnya ini, cenderung menarik perhatian. “Ini namanya mencolet,” ujar Riyah (43 tahun, Red), sebagaimana perempuan pekerja batik itu berkata. Riyah kemudian menjelaskan panjang lebar bahwa mencolet, yaitu proses pemberian warna pada motif batik, proses ini baru dapat dilakukan setelah proses klowongan (menutupi outline motif dengan malam, Red) selesai.
Mencolet biasanya dilakukan jika perajin batik ingin menggunakan warna tertentu pada motif-motif kecil yang menyebar, seperti motif bunga atau daun kecil-kecil. Proses kerja mencolet selintas terlihat seperti cara mewarnai gambar dengan cat air. Tetapi ketika mencolet, para perajin batik menggunakan sebatang bambu yang ujungnya diremukkan hingga berserabut. Sedangkan bahan pewarna yang digunakan dapat berupa pewarna alami, atau pewarna kimia.
Penjelasan itu membuat saya berhitung, melihat motif batik kecil-kecil, dan menyebar di sehelai kain panjang berukuran 125 cm x 200 cm, berapa harikah proses mencolet dilakukan? Mbak Riyah menjawab bahwa bukan ukuran kain yang menjadi patokan, melainkan jumlah warna yang harus dicolet. Semakin banyak jenis warna berbeda, dibutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini disebabkan karena tidak seperti proses pewarnaan dengan dicelup, yang membutuhkan beberapa kali celupan agar setiap motif diwarnai secara tepat, maka mencolet dapat dilakukan sekaligus untuk beberapa warna pada satu fase mencolet.
Tergantung jumlah warna
Selanjutnya dijelaskan oleh Mbak Riyah, bahwa dia rata-rata bisa menyelesaikan coletan 1 kain panjang dengan paduan 2 warna dalam 1 hari. Segera setelah selesai seluruh motif dicolet, kain akan diangin-anginkan (tidak dijemur di bawah sinar matahari, Red), agar kain menyerap zat pewarna secara optimal. Kain kemudian dibiarkan sehari semalam agar menyerap warna coletan dengan sempurna.
Selanjutnya kain dapat diproses dengan beragam cara, seperti kembali ditutupi dengan malam pada proses batik tulis, atau dilanjutkan dengan canting cap untuk membentuk motif-motif. Proses inilah yang menyebabkan kita tidak akan menemukan batik coletan secara tunggal. Karena akan terjadi perpaduan proses; batik tulis + coletan, batik cap + coletan, atau bahkan batik cap+tulis+coletan.
Satu hal yang menjadi kekhasan teknik coletan, adalah warna yang keluar dari batasan pola sehingga sekilas terlihat tidak rapi. Biasanya warna yang melebihi batasan pola itu akan tertutupi setelah proses pewarnaan akhir dengan proses celupan dilakukan. Tetapi jika Anda menemukan sehelai kain yang warna motifnya mbleber keluar dari pola, jangan buru-buru menyisihkannya. Itu justru bukti bahwa kain batik tersebut dicolet oleh seorang perajin, dengan tekun, satu per satu!
Pastikan untuk merawat batik coletan Anda dengan Attack Batik Cleaner. Cairan pembersih batik yang dapat dapat mengangkat kotoran di serat kain, tapi lembut menjaga warna. Sehingga warna batik coletan Anda tak kan pernah pudar!
terimakasih infonya yaa.. sangat bermanfaat. Saya salin di page saya yaa...
BalasHapushttps://www.facebook.com/yulisa.rahmiputri#!/BatikMuslimFidan